Mengapa Memoderasi Platform Media Sosial Secara Virtual Mustahil?

Mengapa Memoderasi Platform Media Sosial Secara Virtual Mustahil?

Kita semua mungkin sudah tahu bahwa begitu banyak terjadi pelanggaran di sejumlah platform media sosial. Seperti postingan suatu hal yang ilegal atau melakukan live streaming untuk konten-konten kekerasan dan tidak senonoh. Sebagian besar platform media sosial memang berusaha melakukan penyaringan konten. Atau postingan yang dianggap kurang sopan dan kurang nyaman untuk dilihat. 

Tidak hanya Youtube, Twitter, Facebook, aplikasi-aplikasi media sosial dan pertemanan yang banyak digunakan di Indonesia. Seperti Omegle juga tampaknya menghadapi isu yang sama. Yaitu sangat sulit mengontrol konten/postingan atau para pengguna agar sesuai dengan peraturan yang berlaku. 

Ya, di platform-platform untuk mencari pertemanan Ometv. Setiap orang dengan latar belakang yang berbeda-beda bisa menjadi anggota dan dapat menggunakannya tanpa terkecuali. 

Namun faktanya adalah ini memang secara virtual tidak mungkin memoderasi platform-platform media sosia secara efektif. Dan berikut ini adalah sejumlah alasannya:

Mengapa Memoderasi Platform Media Sosial Secara Virtual Mustahil?
dia

1. Platform Media Sosial Memiliki Jumlah User Terlalu Banyak


Banyak platform sosmed populer memiliki jumlah pengguna yang sangat banyak, dengan jumlah bisa mencapai jutaan bahkan milyaran pengguna. Akibatnya, platform-platform tersebut sulit untuk diawasi. 

Read More

Mereka berupaya melakukan moderasi melalui gabungan antara pelaporan komunitas, algoritma yang dilatih untuk mengidentifikasikan konten-konten berbahaya, dan para moderator manusia. Dan  meskipun anggota komunitas atau kecerdasan buatan dapat melaporkan konten apapun yang dianggap berbahaya. Namun tetap saja, manusialah yang akan memiliki keputusan final. 

2. Platform Media Sosial Sangat Beraneka Ragam


Tentu saja, setiap negara atau wilayah akan memiliki peraturannya tersendiri terkait dengan jenis konten. Apakah yang harus dilaporkan dan bagaimana caranya melaporkannya. Karena itu, perusahaan-perusahaan media sosial yang aktif memberikan layanan di berbagai wilayah geografis yang berbeda. Wajib memiliki kebijakan yang juga berbeda untuk para penggunanya. Ini termasuk berbagai kebijakan untuk misinformasi dan privasi. Misalnya saja, kebijakan platform Youtube bisa saja berbeda antara Thailand dan Indonesia 

Baca juga 16 Rekomendasi Situs Untuk Download Video Dari Twitter Terbaik Gratis Yang Mudah Digunakan

3. Karakter Pengguna yang Bermacam-Macam


Sebagian besar pengguna media sosial tentunya menginginkan dua hal: mereka ingin merasa aman dan mereka ingin merasa bebas. Untuk memenuhi permintaan ini pada waktu bersamaan akan sulit bagi para moderator. Alasannya, beberapa postingan yang muncul di platform media sosial dapat dianggap benar-benar berbahaya atau mengandung kekerasan bagi sebagian pengguna. Namun tidak begitu halnya bagi sebagian pengguna lainnya.

Misalnya saja, para orang tua tentu menginginkan agar anak-anaknya tidak menonton konten dewasa. Atau konten yang mengandung kekerasan dan kata-kata vulgar/tidak sopan. Namun di sisi lain, ada begitu banyak remaja dan pemuda yang menginginkan adanya kebebasan. Kebebasan dalam melihat dan memposting konten-konten apapun sebagai bagian dari kebebasan berekspresi. 

Baca juga Peralatan Untuk Live Streaming TikTok Facebook Atau Youtube Menggunakan Ponsel

4. Platform Media Sosial Berkembang Sangat Cepat


Alasan yang terakhir mengapa terlihat mustahil untuk melakukan moderasi pada platform media sosial. Seperti adanya satu kenyataan bahwa platform sosmed saat ini bergerak sangat cepat. Misalnya saja, saat Anda mendengar sebuah postingan bermasalah, ini mungkin akan baik-baik saja setelah pengguna yang memposting telah menghapusnya. Kejadian seperti ini tentu sering terjadi di sejumlah platform sosmed yang memiliki banyak pengguna. 

Pada satu kasus yang terjadi di tahun 2015, di mana sebuah postingan pada platform media sosial Yik Yak. Ia pernah dilaporkan ke pihak kepolisian karena menggunakan versi yang diubah dari postingan aslinya, yang sudah dihapus. Kasus itu memang sudah diselesaikan secara internal oleh para moderator konten secara online. Namun tetap saja menjadi drama hukum yang berkepanjangan yang cukup menjengkelkan seluruh komunitas. 

Karena itu tak mengherankan, banyak media sosial populer seperti Facebook memiliki sejumlah kebijakan untuk menghindarkannya dari postingan-postingan yang mencurigakan.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *