Dengan serangan siber yang terjadi hampir setiap 39 detik, penting bagi organisasi dan individu untuk meningkatkan keamanan dalam operasi mereka di dunia digital. Untuk memastikan keamanan dan meningkatkan kepuasan pelanggan, menggunakan teknologi bisnis baru harus menawarkan opsi yang aman, memastikan transaksi aman, dan meminimalkan penipuan.
Salah satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah dengan mengadopsi teknologi baru seperti kecerdasan buatan (AI) dan otentikasi biometrik. Bank dan penyedia jasa keuangan terus berinvestasi dalam teknologi ini untuk melindungi konsumen. Pedagang yang menggunakan teknologi ini dapat lebih efektif dalam melindungi informasi konsumen dan mengurangi risiko penipuan.
Dengan demikian, investasi dalam teknologi keamanan adalah langkah yang penting dalam menghadapi ancaman siber yang semakin kompleks.
Mulai dari Transaksi Tunai Hingga Digital
Selama dekade terakhir, dunia digital telah mengalami pertumbuhan pesat seiring dengan peningkatan jumlah transaksi online. Menurut Tinjauan Global, lebih dari 66% populasi global menggunakan internet pada bulan Januari, dengan total pengguna global mencapai 5,35 miliar.
Pertumbuhan pengguna internet mencapai 1,8% dalam 12 bulan terakhir, dengan 97 juta pengguna baru sejak awal tahun 2023.
Sementara itu, kecerdasan buatan mengalami perkembangan cepat, dengan perkiraan ukuran pasar mencapai US$305,9 miliar tahun ini. Pandemi juga mempercepat peralihan dari transaksi tunai ke pembayaran digital dan nirsentuh.
Metode pembayaran telah berkembang dari transaksi online sederhana menjadi lebih kompleks, termasuk kode QR, dompet digital, Venmo, ApplePay, pembayaran peer-to-peer, transfer ACH, dan banyak lagi. Namun, seiring dengan pertumbuhan opsi perdagangan dan kenyamanan bertransaksi, peluang penipuan juga meningkat.
Teknologi Untuk Mengurangi Penipuan
Menggunakan Kecerdasan buatan (AI) telah menjadi salah satu teknologi baru solusi utama dalam mendeteksi dan mencegah penipuan secara online. Dengan kemampuannya untuk mengumpulkan dan menganalisis data dalam jumlah besar, AI memungkinkan pelacakan pola yang mencurigakan menggunakan algoritma pembelajaran mesin (MLA).
Dengan semakin banyaknya data yang dikumpulkan, AI dapat mendeteksi transaksi dan aktivitas mencurigakan dengan lebih akurat dan cepat, mulai dari satu transaksi hingga penipuan di beberapa akun dan perangkat online.
Teknologi autentikasi multifaktor (MFA), termasuk autentikasi dinamis, juga membantu meningkatkan keamanan. Perusahaan kartu kredit, misalnya, menggunakan berbagai opsi online, seperti meminta pelanggan memasukkan nomor Nilai Verifikasi Kartu (CVV) yang kemudian diverifikasi menggunakan algoritma Luhn.
Hal ini membantu mencegah pencurian data kartu kredit dengan memastikan bahwa hanya pemilik yang sah yang dapat melakukan transaksi. Jika CVV tidak diberikan, transaksi tidak akan diproses.
Perkembangan selanjutnya dalam deteksi dan pencegahan penipuan akan difokuskan pada otentikasi biometrik. Program FIDO (Fast Identity Online) menjadi solusi yang menarik dengan menghilangkan kebutuhan akan kata sandi yang rentan terhadap peretasan.
Dengan otentikasi biometrik, seperti nomor identifikasi pribadi (PIN), kunci keamanan, sidik jari, sidik telapak tangan, pemindaian iris mata, atau pemindaian wajah, risiko kejahatan dunia maya dapat dikurangi karena memerlukan verifikasi identitas pengguna yang lebih kuat.
Menggunakan Teknologi Baru Untuk Menghentikan Jebakan Penipuan
Banyak bisnis saat ini tertarik untuk menginvestasikan dana dalam teknologi autentikasi guna melindungi bisnis dan pelanggan mereka dari ancaman dunia maya. Namun, sebelum melakukan perubahan ini, mereka perlu mempertimbangkan beberapa faktor, termasuk tujuan mereka, cakupan implementasi, dan anggaran yang tersedia. Implementasi teknologi autentikasi bisa menjadi investasi yang besar dan mahal, terutama bagi pedagang skala kecil.
Selain pertimbangan finansial, penting juga untuk tidak mengasingkan pelanggan dengan mengadopsi solusi keamanan yang kompleks. Misalnya, Transaksi Aman 3D adalah solusi yang sederhana namun efektif untuk melindungi pelanggan dan pedagang. Karena bank penerbit bertanggung jawab atas potensi penipuan.
Di Eropa, otentikasi aman 3D telah menjadi keharusan untuk semua pembayaran kartu kredit. Meskipun prosesnya aman, data terbaru menunjukkan bahwa 22% pembeli online di AS mengabaikan pesanan hanya karena “proses pembayaran terlalu lama/rumit”.
Dengan demikian, penting untuk mengakomodasi kebutuhan pelanggan dengan menyediakan solusi keamanan yang efektif namun tetap sederhana dan mudah digunakan.
Untuk menjaga keamanan, bisnis harus memastikan kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan privasi serta perlindungan data. Ini termasuk mematuhi peraturan nasional seperti Peraturan Perlindungan Data Umum Eropa (GDPR).
Persyaratan GDPR meliputi audit informasi, penilaian kategori data pribadi yang diproses oleh perusahaan, termasuk data sensitif. Serta menetapkan dasar hukum untuk memproses setiap kategori data. Bisnis juga harus meninjau penyimpanan data, layanan cloud, dan lokasinya.
Perjanjian untuk berbagi data dengan pihak ketiga harus diperbarui secara berkala, seringkali memerlukan penunjukan Petugas Perlindungan Data (DPO) untuk mewakili bisnis. Saat mengumpulkan data konsumen, bisnis harus mendapatkan persetujuan sebelumnya sebelum mengumpulkan data pribadi dan menggunakan cookie serta teknologi pelacakan lainnya di situs web mereka.
Kebijakan privasi juga harus diperbarui secara teratur untuk memastikan transparansi dan komunikasi yang jelas tentang pemrosesan data kepada pengguna. Mengingat peraturan terus berkembang, langkah-langkah keamanan tambahan untuk otentikasi pembayaran kemungkinan akan menjadi keharusan di masa depan.
Oleh karena itu, dunia usaha perlu mempertimbangkan langkah-langkah selanjutnya untuk menjaga keamanan data dan kepatuhan hukum yang tepat.
Menggunakan Teknologi Baru Untuk Merangkul Masa Depan
Dengan pesatnya kemajuan kecerdasan buatan, digitalisasi, dan lonjakan transaksi online, jumlah pelaku kejahatan yang memanfaatkan alat-alat ini untuk meretas dan mencuri informasi pribadi semakin meningkat. Seiring dengan perkembangan teknologi dan proses, upaya melawan penipuan harus semakin diperkuat. Solusi yang sukses di masa lalu mungkin tidak lagi efektif.
Saat ini, bisnis dihadapkan pada kebutuhan untuk menerapkan prosedur deteksi penipuan yang lebih kuat untuk melindungi data pelanggan dan memenuhi persyaratan peraturan. Dengan memanfaatkan teknologi terbaru untuk autentikasi transaksi. Terutama melalui metode biometrik, bisnis dapat tetap menjadi pelopor dalam menghadapi ancaman dunia maya tanpa mengorbankan pengalaman pelanggan.